Selamat Datang, Blog Kecil ini hanya berisi coretan-coretan kecil tentang study saya di Jurusan Perbandinan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta

Konsep Tentang Alam dan Manusia serta Etika (Catur Paramita dan Catur Mara)

Konsep tentang alam dalam agama Buddha yang segala sesuatu sifatnya terus berubah (anicca). Alam terus berproses dengan seimbang, dinamis dan kinetic. Ada 4 unsur yang kita kenal dalam agama Buddha : Padat (pathavi), cair (apo), panas (tejo), dan gerak (vayo). Kemudian dilengkapi hokum yang termuat didalamnya yang biasa disebut pancaniyamadhama, yaitu utuniyama (hokum fisika), bijaniyama (hokum biologi), cittaniyama (hokum psikologi), kammaniyama (hokum moral), dhammaniyama (hokum kausalitas). Menurut Buddha seluruh alam ini adalah ciptaan yang timbul dari sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Ia disebut sankhata dharma yang berarti ada, yang tak mutlak dan mempunyai corak timbul, lenyap dan berubah. Kemudian ada juga sinonim dari kata itu sankara yang saling bergantungan, Sesuatu yang timbul dari sebab yang mendahuluinya. Alam dalam bahasa pali adalah loka—“melihat, secara umum menunjuk kepada sesuatu yang dapat ditanggapi oleh panca indra atau oleh perasaan dan pikiran manusia”— yang kemudian dipakai dalam pembagian alam/loka itu sendiri menjadi 3 bagian; Sankaraloka “alam makhluk yang tidak mempunyai kehendak seperti benda-benda mati emas, batu, dll”. Sattaloka “alam para makhluk hidup yang mempunyai kehendak (makhluk hidup) seperti yang empiris maupun yang non empiris semisal manusia, hewan, dewa, setan, jin dll. Dalam pembahasan sattaloka ini banyak sekali alam kehidupan, sampai 31 alam yang tergolong. Namun saya tidak akan membahas itu semua di resume ini, karena kawan pembaca juga pasti berargumen bahwa akan terlalu monoton. Pokoknya secara garis besar a). Kamaloka meliputi 11 alam, b) Rupaloka meliputi 16 alam dan c). Arupaloka meliputi 4 alam. Kemudian selanjutnya Okasaloka “adalah alam tempatnya makhluk sankaraloka maupun sattaloka”. Tentang alam dan proses kejadiannya ini dalam hokum Buddha tak lepas dengan 4 rumusan patticasamupada —muncul bersamakarena syarat berantai atau pokok permulaan sebab-akibat yang saling bergantungan— yakni; Dengan terjadinya ini maka terjadinya itu, Dengan timbulnya ini maka timullah itu, Dengan adanya ini maka adanya itu, Dengan terhentinya ini maka terhentinya itu. Konsep Tentang Manusia Dalam konsep ini, manusia ditempatkan sebagai peranan penting dalam keberadaan agama Buddha, karena memberikan corak yang dominan bagi agama Buddha itu sendiri. Hal ini hampir di semua bahasan dalam ajaran Buddha dibicarakan, dalam tilakhana (tiga corak umum agama Buddha), catur arya satyani (empat kesunyataan mulia), hokum karma (hokum perbuatan), dan tumibal lahir (kelahiran kembali). Manusia adalah kumpulan dari energy fisik dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak (pancakhanda—lima kelompok kegemaran) yaitu rupakhanda (jasmani), vedanakhanda (pencerahan, yang ini menjadi titik tolak tujuan hidup Buddhism mencapai nibbana), sannakhanda (pencerapan), shankharakhanda (bentuk-bentuk pikiran) dan vinnakhanda (kesadaran). Etika dalam Agama Buddha (Catur Paramita dan Catur Mara) Dalam diri manusia terdapat sifat-sifat Ketuhanan (paramita) didalam bathinnya yang merupakan sumber dari segala perbuatan baik (kusalakamma) yang tercetus dalam pikiran, ucapan dan badan. Dan lawan dari sifat-sifat ini, terdapat pula sifat-sifat setan/jahat (mara) dalam diri manusia yang menjadi sumber terciptanya perbuatan buruk (akusalakamma). Pada table berikut kita bisa lihat jelas perbedaannya; Catur Paramitta Catur Mara Metta "cinta-kasih" Dosa "kebencian" Karuna " kasih sayang" Lobha "serakah" Mudhita "perasaan bahagia/simpati" Issa " iri hati" Upekkha "keseimbangan bathin" Moha "kegelisahan bathin" Pemahaman saya dalam hal ini agama Buddha cenderung kearah Atheisme, mengenang dalam pemaparan tiap-tiap bahasan dalam ajarannya agama Buddha tidak mengenal/ada konsep Tuhan, yang ada hanyalah nibbana “kekosongan”—setelah mendapat pencerahan (vedanakhanda). Dilihat dari konsep alamnya pun terdiri dari Sankhata/Sankhara yang tak mengenal sosok yang mutlak, dan alam ini terjadi dengan sendirinya hasil sesuatu yang “ada” dari yang terdahulu. Dan yang ingin saya gali selanjutnya adalah mengenai alam ini dalam Visudha Maga 2204, loka tergolong menjadi 3 bagian yang sudah saya singgung diatas, nah pada pembagian Sattaloka yang; a). kamaloka dan b). rupaloka itu dibahas bahwa dari 11 dan 16 alam itu terdapat alam para dewata atau brahma yang itu menjadi titik tak koherennya dengan tujuan awal Buddha keluar dari agama Hindu dengan perbedaan bahwa Buddha tidak mengenal adanya dewa-dewa dan kasta. Mungkin ini sebagai bahan kajian mahasiswa Perbandingan Agama kedepan selanjutnya. Memang dalam peradaban selanjutnya ajaran-ajaran Buddha berkembang dan sudah ada yang mengkonsepkan Tuhan diantaranya. *jika ada kesalahan mohon dikoreksi.

Leave a Reply