Apakah
agama Buddha itu?
“Ajaran
ini dalam, susah dilihat, sukar dipahami, tenang, luhur, tidak dalam ruang
lingkup logika, halus, hanya untuk dipahami oleh para bijaksana”.
Ketika
Sudarta Gautama wafat setelah kesuksesan dalam menyebarluaskan ajarannya, namun
Ia tak meninggalkan catatan tertulis mengenai ajarannya. Maka dari kasus ini
para muridnya memelihara dengan menghafal dan meneruskan secara lisan dari
generasi ke generasi. Tiga bulan setelah kematian Sidarta Gautama tepatnya pada
tahun ke delapan saat kepemimpinan dipimpin oleh raja Ajatasattu, 500 arahat
memikirkan pemeliharaan kemurnian ajaran agama Buddha, kemudian mengadakan
pertemuan di Rajagaha. Dari hasil itu, Yang Mulia Ananda Thera yang mendapatkan
kehormatan mendengarkan ceramah-ceramah dari Sang Buddha sendiri dan Yang Mulia
Thera pun yang kemudian ditunjuk untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
Dhamma (ajaran) dan Vinaya (tata tertib).
Ada
fase-fase dalam pembentukan sebuah kitab yang nantinya dipakai oleh umat
buddha, dari hasil pemikiran-pemikiran para arahat dan jawaban atas yang Mulia
Thera;
-
Pasamuan Agung pertama
Pada
fase ini terhimpun dan tersusunlah kitab Tipitaka dalam bentuk sekarang ini
yang menggambarkan keseluruhan kumpulan ajaran Sang Buddha.
-
Fase kedua dan selanjutnya para arahat
lain mengadakan pertemuan berturut-turut setiap 100 tahun dan 236 tahun
kemudian mengulang lagi pesan Sang Buddha—karena ada oknum-oknum yang berusaha
untuk mengotori kemurnian ajaran.
Tipitaka
Arti
kata yang berarti ‘tiga keranjang’. Mereka dalah keranjang tata tertib (Vinaya
Pitaka), keranjang ceramah (Sutta Pitaka) dan keranjang ajaran pokok (Abhidamma
Pitaka).
Vinaya
Pitaka
Kitab
ini yang dijadikan pendukung utama Sangha, sejak masa penerangan sempurna Sang
Buddha tidak pernah penerapkan aturan-aturan mengenai tata cara hidup umat
buddha dan pengawasan Sangha. Semenjak saat itu Sang Buddha menerapkan tata
tertib bagi Sangha.
Selain
tata tertib Sangha, terdapat beberapa ceritera singkat tentang kehidupan dan
pelayanan Sang Buddha dan seluk beluk dari tiga Pasamuan Agung, secara tidak
langsung pula hal itu mengungkapkan keterangan yang berguna tentang sejarah
kuno, kebiasaan orang India, ilmu sastra dan ilmu pengetahuan kuno.
Vinaya
Pitaka ini terdiri dari 5 buku berikut;
Parajika Pali
|
Vibhanga
|
Pelanggaran-pelanggaran berat
|
Pacittiya Pali
|
Pelanggaran-pelanggaran ringan
|
|
Mahavagga Pali
|
Khandaku
|
Bagian lebih besar
|
Cullavagga Pali
|
Bagian lebih ringan
|
|
Parivara Pali
|
Ringkasan Vinaya
|
Sutta
Pitaka
Didalamnya
memuat ceramah-ceramah Sang Buddha sebagai pelajaran utamanya teruntuk Sangha
bahkan umat awam sekalipun dalam berbagai kesempatannya. Sebagian dari isi
ceramahnya pun terdapat uraian dari para murid Sang Buddha seperti Ananda
Thera, Yang Arya Sariputta dan Moggallana disampaikan setara dengan kata-kata
Sang Buddha. Selain ceramah-ceramah, dalam Sutta Pitaka juga memuat ceritera
untuk anak-anak dengan gaya penyampaian yang menarik.
Kemudian
tak jauh beda dengan Vinaya Pitaka, kitab ini pun terbagi atas 5 bagian;
Digha Nikaya
|
Kumpulan ceramah yang panjang
|
Majjhima Nikaya
|
Kumpulan ceramah yang sedang
|
Samyutta Nikaya
|
Kumpulan ujar yang setarap
|
Anguttara Nikaya
|
Kumpulan ujar yang setahap demi
setahap
|
Khuddaka Nikaya
|
Kumpulan yang lebih kecil
|
Terakhir
dalam khuddaka nikaya dibagi menjadi 15 buku;
Khuddaka Phata
|
Teks yang lebih pendek
|
Dhammapada
|
Jalan kebenaran
|
Udana
|
Lagu pujian kemenangan
|
Itivuttaka
|
Ceramah yang dikatakan
|
Sutta Nipata
|
Ceramah yang dikumpulkan
|
Vimana Vatthu
|
Ceritera tentang alam dewa
|
Peta Vathhu
|
Ceritera tentang peta
|
Theragatha
|
Kitab para bikkhu
|
Therigatha
|
Kitab para bikkhuni
|
Jataka
|
Ceritera kelahiran bodhisatta
|
Niddesa
|
Penjelasan terinci
|
Patisambhida
|
Buku pengetahuan analitik
|
Apadana
|
Kehidupan para arahat
|
Buddhavamsa
|
Riwayat Sang Buddha
|
Cariya Pitaka
|
Cara bertingkah laku
|
Abhidhamma
Pitaka
Memuat
filsafat Buddha