Tantra Timur
I
tsing pada abad ke-7 tiba di Nilanda, beliau berusaha untuk memahami aliran
Tantra Mahayana ini. Kemudian pusat aliran ini dipindahkan ke India Timur
(Bihar, Orissa, Bengal) sebagai pusatnya yakni di Universitas Vikramasila dari
sekte Vajrayana, darisana dibawa oleh Padmasambhava ke Tibet. Yang kemudian
berhubungan langsung dengan Lamaisme Tibet.
Vajrayana
merupakan fase perkembangan terakhir dari Mahayana, sekte sebelumnya adalah
Mantrayana. Seke Yogacara timbul pada abad ke-4 yang menitikberatkan meditasi
dan disiplin, Mantrayana kemudian mengembangkan lebih lanjut dari Yogacara
dengan menggunakan mantra dan doa-doa, penggabungan simbol mistik dan gaib.
Tantra Buddhist mendapat pengaruh dari Brahmanisme yang banyak upacara dan
ungkapan gaib didalam petunjuk dari Athava-Veda.
Pada
abda IV M Simitra dari Kucha (Sinkiang) menterjemahkan sebuah kitab Tantrayana
yang berisikan mantra-mantra, pengobatan serta doa-doa dan ilmu gaib, hal-hal
demikian tidaklah mencerminkan nilai-nilai agung dari Tantrayana. Tantrayana
yang murni baru dapat berkembang setelah datangnya 3 Guru besar dari India ke
Tiongkok pada masa dinasti T’ang (abad VI-VII) 3 guru besar itu adalah;
·
Subhakarasinha/San Wu Wei (637-735 M),
beliau adalah bekas raja dari Orissa India dan pernah belajar di Nalanda,
kemudian pergi ke Kashmir dan pada tahun 716 M tiba di Chang an. Ia dan I Tsing
menterjemahkan Maha Vairocana Sutra (Ta Re Ju Lai Cing) ke dalam bahasa
Tiongkok pada tahun 725 M.
·
Vajrabodhi/Cin Kang Ce (663-723 M);
beliau berasal dari India Selatan dan belajar di Nalanda; Ia mempelajari Vnaya,
Madhyamika, Yogacara dan Vajrasekhara. Pada tahun 720 M ia menterjemahkan
Vajrasekhara kedalam bahasa Tionghoa.
·
Amoghavajra/Pu Khung (705-884); beliau
berasal dari India Utara dan menjadi siswa Vajrabodhi, pada waktu muda telah
mahir tentang Tantrayana kemudian belajar lagi dengan Samanthabadra mengenai
Vajra-sekharayoga dan Maha Vairocana Garbhakosa. Ia tiba di Chang an pada tahun
746 M.
Pada
abad VIII seorang Bikkhu cendekiawan Jepang yang bernama Kobo Daishi (Khung Hai
Ta She) menggarisbawahi kedudukan Tantra Buddhist sebagai berikut:
Tingkatan
I : orang-orang awam yang hidupnya hanya menurut hawa nafsunya.
Tingakatan
II : tingkatan manusia yang berusaha untuk hidup bermoral dan mengerti akan
tatakrama kehidupan. Ini diwakili oleh kaum Konfusianis (Konghucu).
Tingakatan
III : tingkatan manusia ke-dewa-an yang berusaha untuk mengumpulkan
kesaktian-kesaktian. Ini diwakili oleh kaum Taois dari Tao Chiau dan sementara
kaum Brahmin.
Tingkatan
IV : tingkatan kaum Sravaka, yaitu siswa-siswi Hyang Buddha yang mendengarkan
langsung ajaran-ajaran Buddha dan berusaha untuk mensucikan diri. Ini diwakili
oleh Abhidharma-kosa.
Tingakatan
V : tingakatan kaum Pratya Buddhayana yang hanya menikmati hasil-hasil kesucian
tetapi tidak menghiraukan makhluk lain.
Tingkatan
VI : golongan yang menganggap bahwa ekayana adalah hal yang nyata. Ini diwakili
oleh kaum Tri-sastra (Madhyamika/San Lun Cung/Sanronsyu).
Tingkatan
VII : golongan yang diwakili kaum Dharmalaksana/Yogacara/Vijnanavada.
Tingkatan
VIII : Ekyana dari golongan Avatamsaka/Hua Yen Cung.
Tingkatan
IX : ekyana dari kaum T’ien T’ai.
Tingakatan
X : Vajrayan dari Tantrayana
(Prof.J.Takakusu
dalam buku The Essential of Buddhist Philoshopy)
Aliran
Tantrayana lebih memfokuskan pada doa-doa, upacara, dan simbol-simbol untuk
memahami Buddha Dharma. Aliran Tantrayana disebut ajaran secara esoterik
(rahasia, mistik, gaib) sedangkan aliran lain Buddhist disebut eksoterik (tidak
ada rahasia atau ajaran secara terbuka).
Berikut
bagan;
aliran esoterik (rahasia)
|
aliran eksoterik (terbuka)
|
Vidhi atau upacara ritual-
|
Tripitaka merupakan sumber dan
|
memainkan peranan penting.
|
dasar perjalanan
|
Pencapaian tingkat ke Buddhaan-
|
Pencapaian tingkat ke-buddhaan
secara
|
dapat dalam sekejap.
|
berangsur-angsur
|
Tubuh Buddha yang sedang ber-
|
Tubuh spiritual (Dharma-Kaya) tidak
|
khotbah adalah tubuh spiritual
|
berwarna, tidak berbentuk dan tidak
|
dan mempunyai warna, bentuk,
|
bersuara.
|
dan suara.
|
|
Kata-katanya tersusun didalam :
|
|
Mahavairocana Sutra dan Vajra-
|
|
Sekhara.
|
|
Buddha selamanya berkhotbah, hanya
|
|
para awam yang tidak dapat mendegar
|
|
dan mengerti.
|
|
Harus ada perantara untuk dapat me-
|
|
ngerti badan, perkataan, dan
pikiran
|
|
Hyang Buddha.
|
|
Perantara berasal dari bimbingan
|
|
dan kekuatan Hyang Buddha.
|
Bagi
aliran Tantrayana atau esoterik, terdapat 3 macam upacara yaitu; mudra, dharani
dan yoga. Salah satu ciri dari Tantrayana ialah Mandala—adalah gambaran suasana
kosmos yang mempunyai titik pusat. Susunan gambar ini dipergunakan untuk alat
bantu atau Yantra dalm melakukan meditasi dan sembahyang. Mandala susunannya
rumit dan terperinci bisa dalam bentuk dua dimensi atau tiga dimensi atau dalam
bentuk susunan candi. Mandala adalah juga gambar yang indah dan mempunyai arti
mistik.
Ada
4 macam mandala;
ü Maha
mandala; tempat kediaman para Buddha dan para makhluk Agung
ü Samaya
mandala; tempat kediaman para buddha dan para makhluk agung lainnya dengan
tambahan benda-benda lainnya yang ada didunia.
ü Dharma
mandala; bentuk bija aksara yaitu huruf atau kata-kata yang mewakili para
dewata.
ü Karma
mandala; gambar dari figur-figur buatan, arca.
Keempat
lambang mandala menggambarkan 3 arti misteri; badan, ucapan dan pikiran.
Abhiseka
atau pembaptisan mempunyai arti dan memainkan peranan penting, tempat upacara
haruslah disesuaikan dengan bentuk mandala.
Ada
dua bentuk Tantra Timur;
-
Garbhakoshadhatu (T’ai Chang Cie) yang
diwariskan oleh Subhakarasimbha dan I Tsing.
-
Vajradhatu (Cing Kang Ce) yang diwariskan
oleh Vajrabhodi dan Amoghavajra.
Zhaxizhuoma.net
|
Tantra Barat di Tibet
Agama
buddha di Tibet dikatakan telah mulai ada sekitar tahun 650 M, tapi kemajuan
secara nyata baru dimulai satu abad kemudian. Agama Buddha di Tibet disebut
juga Tantrayana Tibet atau Tantra Barat. Agama buddha di Tibet disebut juga
Tantrayana Tibet atau Tantra Barat. Agama Buddha di Tibet dapat dibagi dalam 2
periode. Pertama abad ke 7-12 M. kemudian kedua abad ke 13-sekarang. Ketika
pertama kali diperkenalkan ke Tibet, mendapatkan perlawanan yang gigih dari
Shaman dan agama Bon sebagai agama pribumi, kemudian dapat dukungan dari para
bangsawan. Guru Padmasambhava tiba di
Tibet pada tahun 747 M, beliau ialah guru pertama yang membawa dan mengajarkan
agama Buddha di Tibet pada Raja Srong-brtsan-Sgampo. Pada periode pertama
Tantrayana sebagai pewaris dari agama Buddha Mahayana dan Vajrayana. Filsafat,
doktrin, tradisi Mahayana, meditasi, upacara ritual, ikonograpi (ilmu tentang
arca), kebaktian keagamaan (puja bhakti) sangat mempengaruhi corak agama Buddha
Tantrayana.
Pada
abad ke 9 M di Tibet Barat di Lasha telah diperkokohnya ajaran Buddhisme dan
menterjemahkan semua kitab-kitab suci Buddhist, penerjemah yang terkenal pada
saat itu ialaha Rin-Chen bzang po (958-1055). Atisa tiba di Tibet tahun 1042
dan bersama Sakya-Sri mengunjungi Tibet dan menterjemahkan sutra dan doktrin
dari bahasa sansekerta ke dalam bahasa Tibet.
Dalam
kurun waktu itu, 4 sistem prinsip atau garis pemikiran terumus sebagai berikut;
I.
Dari arah BaratTibet—lembah Swat, datang
Tantra idealisme Padmasambhava yang tiba di Tibet tahun 747 M. mentalitasnya
mempunyai kemantapan yang dipertimbangkan dengan unsur Bon-pa, dan dia besar
dan sukses di Tibet. Padmasambhava dan Santarakshita pada pertengahan abad ke 7
M mendirikan sekte Ninma-pa (Nyingma-pa “sesuatu yang lama”) dan tetap
berlangsung hingga saat ini. Sekte ini pun sering disebut-sebut sebagai
sekte‘jubah merah’ dan ‘pemakai topi merah’. Dari sekte ini kemudian lahir sub
sekte lainnya; a). Dorjetak-pa, b). Nandag-pa, c). Mindollin-pa, d). Kartok-pa,
dan e). Lhatsun-pa.
II.
Dari arah Selatan Tibet datang Synthesis
Pala mengenai Mahayana, dibawa oleh beberapa tokoh cendekia dari universitas
Magadha. Selalu berlandaskan pada Abhisamayalankara suatu naskah India abad
ke-4 yang mengatur masalah ‘Prajnaparamita dalam 25000 sloka’ didalam banyak
daftar yang pasti, membuatnya teks untuk mengingat sebagai langkah untuk
bermeditasi dan pada waktu yang sama menginterpretasikannya dalam semangat
Madhyamika dengan beberapa campuran dari tradisi yogacara yang lebih moderat.
III.
Dari arah barat daya Tibet,
Sarvastivadin juga datang mencoba untuk membangun suatu vihara, namun keadaan
itu segera ditarik dikarenakan orang sekitar yang kurang memahen bzanghami
pendalaman soal gaib.
IV.
Pengaruh yang ke empat datang dari arah
Timur. Banyak Bikkhu sekte Ch’an China muncul di Tibet dan mencoba untuk
mengubah kitab suci disana. Mereka itu ada konflik dengan pandita dari
India—yang dari Pala ortodok, kemudian dikalahkan alam konsili yang terkenal
Sam-Yas tahun 793-794 M. namun dari kevakuman ini Ch’an mempunyai pengaruh di
Tibet dikemudian hari.
Agama Buddha Tantra di Tibet
(1000-1978 M)
Sekitar
tahun 1000 merupakan kebangkitan dari agama buddha yang mengambil tempat di
Tibet, diprakarsai oleh beberapa antusias yang tinggal di wilayah barat dan
timur dari Tibet. Mereka segera membanun kembali hubungan dengan India dan
Kashmir, dimana beberapa dari mereka yang sendiri-sendiri mengunjungi
negeri-negeri tersebut, dan guru-guru India sesekali menghadiri undangan. Tokoh
yang paling terkenal diantara revival (yang bangkit kembali) ialah Rin chen
bzang-po (958-1055M) tidak hanya menonjol dibidang penerjemahan namun ia pun
sebagai pembangun vihara di Tibet. Dari kepentingan itu juga datangnya Atisa
pada 1042 M—Ia meninggalkan Vikramasila atas undangan raja Tibet Barat dan
kemudian membangun Pala Mahayana (Universitas Pala Synthesis of Mahayana) juga
di Tibet Tengah. Tahun 1076 M terlihat konsili besar di mTho-ling di Tibet
Barat, dimana Lama dari seluruh bagian
Tibet bertemu—dan tahun ini dapat dianggap sebagai tanda pembentukkan
akhir mengenai agama Buddha di Tibet. Pengabdian Atisa tidak dibatasi oleh
pembentukan kembali mengenai agama Buddha di seluruh negeri. Ia juga
menciptakan suatu sistem kronologi yang masih dipergunakan di Tibet dan yang
menetapkan tiap tahun posisinya dalam suatu putaran dari 60 tahun—yang hasilnya
menjadi gabungan 5 elemen; tanah, besi, air, kayu dan api dengan 12 hewan zodiac atau shio yakni; anjing, babi,
tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, dan ayam.
Ini hanya salah satu karya literatur sejarahwan Buddha, kemudian atisa
memberikan jewantahan yang isisnya ‘lampu menyinari jalan itu menuju
penerangan’. Pada perihalnya ia membedakan latihan-latihan pada tiga tingkatan
perkembangan spiritual, yakni;
Paling
rendah ialah mereka yang mencari
kebahagiaan di dunia ini dan hanya mempertimbangkan kepentingan milik mereka,
Kedua
ialah mereka yang juga bermaksud pada kepentingan mereka tetapi lebih cerdas
dengan menjalani kehidupan suci danmencari untuk pembersihan,
Kemudian
yang terakhir ialah mereka yang mempunyai hati keselamatan bagi semua. Hasil
semua itu dari buku pedoman yang datang dari Tsong Kha-pa dalam kurun 300 tahun
kemudian.
Tiga
pencapaian besar yang merupakan pengahargaan dari Buddhism Tibet periode ini;
Pertama
terdapat kodifikasi dari literatur kanon ‘dalam dua koleksi besar Kanjur
(bka-‘gyur) untuk sutra pada abad ke-13 dan Tanjur (‘bstan-‘gyur) untuk sastra
abad ke 14.
Kanjur
pertama kali di cetak di Peking sekitar tahun 1411 M, kedua koleksinya dicetak
di Tibet untuk pertamakalinya di sNarthang 1731 dan 1742 secara berturut-turut.
Kanon tersebut sangat komprehensif, akurat, berwibawa, dan bentuk yang mudah
diperoleh, antar abad ke-13 dan ke-18 telah mencapai kemajuan pada semua study
Buddhist di Tibet. Kemudian banyak edisi lainnya menyusul.
Yang
kedua, terdapat produksi dari literatur besar pribumi mengenai manual, ulasan,
sub-ulasan dan sebagainya. Ada satu bidang yang lebih berperan yakni mengenai
sejarah yang ditulis banyak dan sangat baik oleh Bu-Ston 1322 penulis sejarah
India dan Tibet oleh Chos-‘byun.
Ketiga vihara
Buddhist sudah menjalar dan berakar dalam kehidupan orang-orang Tibet. Dalam kurun
waktu sekitar abad ke-15 murid Tsong-Khapa mulai menyesuaikan
kebutuhan-kebutuhan organisasi sosial, doktrin Buddhist dsb.description the Tibetan Canon
The Tibetan Canon which consists of
two parts: (1) the bKángjur ("Translation of the Word of the
Buddha"), pronounced Kanjur, and (2) the bStan-'gyur ("Translations
of the Teachings") pronounced Tanjur. Because this latter collection
contains works attributed to individuals other than the Buddha, it is
considered only semi-canonical. The first printing of the Kanjur occurred not
in Tibet, but in China (Beijing), being completed in 1411. The first Tibetan
edition of the canon was at sNar-tang with the Kanjur appearing in 1731,
followed by the Tanjur in 1742. Other famous editions of the canon were printed
at Derge and Co-ne.
(a) bKángjur (Kanjur): Translation of the Word of the Buddha; 98 Volumes (according
to the Narthang edition).
- Vinaya: 13 Volumes.
- Prajnaparamita: 21 Volumes.
- Avatamsaka: 6 Volumes.
- Ratnakuta: 6 Volumes.
- Sutra: 30 Volumes. 270 texts, 75% of which are Mahayana, 25% Hinayana (prominence and precedence being invariably given to Mahayana sutras).
- Tantra: 22 Volumes. Contains more than 300 texts.
The second, the Tanjur (bStan-'gyur)
is a supplement to the former, or in other words, continuation of the tradition
of the Kanjur. Among its contents are a collection of stories, the commentaries
on the Tantra section of the Kanjur and the commentaries on the sutra section.
There are also works relating to Abhidharma and Vinaya as well as Madhyamika
and Vijnanavada. Works coming under the sutra section of the Tanjur are not
necessarily commentaries on the texts contained in the Mdo-section of the
Kanjur. They are believed to be authoritative works, some of which, however,
are not even Buddhist in character. They deal with logic, grammar,
lexicography, poetry and drama, medicine and chemistry, astrology and
divination, painting and biographies of saints. Their inclusion in this part of
the Tibetan Canon is perhaps justified on the acceptance of the position that
they are necessary aids and accompaniments in the practice of the religion.
(b) bStan-'gyur (Tanjur): Translations of the Teachings 224 Volumes (3626
texts) according to the Beijing edition.
A. Sutras ("Hymns of
Praise"): 1 Volume; 64 texts.
B. Commentaries on the Tantras: 86 Volumes; 3055 texts.
C. Commentaries on Sutras; 137 Volumes; 567 texts.
B. Commentaries on the Tantras: 86 Volumes; 3055 texts.
C. Commentaries on Sutras; 137 Volumes; 567 texts.
- Prajnaparamita Commentaries, 16 Volumes.
- Madhyamika Treatises, 29 Volumes.
- Yogacara Treatises, 29 Volumes.
- Abhidharma, 8 Volumes.
- Miscellaneous Texts, 4 Volumes.
- Vinaya Commentaries, 16 Volumes.
- Tales and Dramas, 4 Volumes.
- Technical Treatises, 43 Volumes.
http://www.buddhanet.net/e-learning/history/s_tibcanon.htm
Ikhtisar dari sekte-sekte Tantrayana (Tantra Barat) di Tibet;
1. Nying-ma-pa (Ninma-pa)
2. bKa-gDam-pa (Kadam-pa)
3. dGe-lugs-pa (Gelug-pa)
4. bKa-rgyud-pa (Kargyudpa)
5. Sa-skya-pa (Saskya-pa)
6. Shi-byed-pa
7. Vinaya (Lu Chung; Ritsushyu)
8. Tri Sastra (San Lung Cund; San Ron Shyu; The Three Treatise School)
isi blogspot kamu bagus, tapi ada kekurangnya yaitu tidak di cantumkan inti inti pentingnya,,,