Selamat Datang, Blog Kecil ini hanya berisi coretan-coretan kecil tentang study saya di Jurusan Perbandinan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta

Perkembangan agama Hindu-Budha di Indonesia


Awal sentuhan peradaban India
Berdasarkan  bukti arkeologis  yang ada dapat diketahui bahwa pada sekitar awal Tarikh Masehi manusia penghuni kepulauan Nusantara masih mengembangkan kebudayaan prasejarah. Pada  masa itu sangat mungkin telah berkembang perundagian, suatu tahapan yang paling maju dalam babakan kebudayaan prasejarah, sebab masyarakat telah mampu menetap diperkampungan-perkampungan yang permanen sesambil mengembangkan kebudayaannya.

Dan dalam era itu pula lah diduga telah datang  para niagawan dari India dan Cina yang berlayar ke tepi-tepi pantai Kepulauan Indonesia untuk melakukan interaksi  dan terjadi kontak budaya antara pendatang dengan pribumi. Namun pada tahap selanjutnya yang banyak diterima oleh pribumi adalah unsur-unsur dari kebudayaan imigran.

Terkemukakan beberapa hipotesis tentang masalah tersebut antara lain yang dinyatakan oleh C.CBerg, J.LMoens, dan Mookerdji yang berperan dalam proses penyebaran unsur kebudayaan India ke Indonesia adalah kaum militer. Mereka dari golongan ksatria datang ke beberapa wilayah Kepulauan Indonesia, kemudian menaklukkan penduduk pribumi dan melakukan perkawinan dengan penduduk setempat kemudian pada akhirnya mendirikan kerajaan-kerajaan awal yang bercorak kebudayaan India.

Pendapat lain dari N.J Krom yang menyatakan bahwa unsur-unsur kebudayaan India disebarkan  dikalangan penduduk oleh kaum niagawan dari kasta Vaisya. Merekalah yang paling menonjol dalam proses difusi tersebut, sebab yang paling banyak berinteraksi dengan pribumi melalui system perdagangan barter. Belakangan pun muncul pendapat J.C.Van Leur dan atas dukungan Nilakantha Shastri yang beranggapan bahwa yang sangat berperan pada proses difusi ini adalah kaum agamawan karena bukti-bukti berupa kitab suci yang dikenal dalam kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia, seperti Mahabharata, Ramayana, dan Purana-Purana adalah milik kaum Brahmana yang tidak mungkin dibawa oleh kasta lain.

Bahkan muncul kemudian pendapat dari F.D.K. Bosch yang menyatakan bahwa telah ada arus balik dari Kepulauan Indonesia ke India karena terdapat bukti-bukti bahwa pribumi mendatangi sendiri pusat-pusat pendidikan keagamaan ditanah asalnya, Jambhudvipa. Pada akhirnya para peneliti sejarah kebudayaan Indonesia memilih pada “teori gabungan” yang tak memihak pada salah satu teoris yang pada kesimpulan diakui banyak pihak yang turut membantu terjadinya difusi karena dari kesemuannya golongan, baik dari India maupun pribumi sendiri telah menciptakan suasana damai (penetration pasifique) dalam memasukan dan menerima unsur-unsur kebudayaan India ke Indonesia.

Terdapat tiga anasir yang benar-benar barang baru yang berasal dari kebudayaan India;
  •  Agama Hindu-Budha
  •  Aksara Pallava dan
  • Sistem penghitungan tahun (kalender); Saka

Agama Hindu-Budha merupakan hal yang baru sama sekali, semula dalam bidang religi penduduk kepulauan Nusantara sangat mungkin melaksanakan ritus pemujaan terhadap arwah leluhur (ancestor worship). Berbagai monumen megalitik dan artefak dibeberapa tempat di Indonesia dapat dihubungkan dengan aktivitas terhadap pengagungan arwah leluhur. Dengan datangnya agama Hindu-Budha maka terdapat ajaran baru yang telah menarik pribumi dibeberapa wilayah untuk memeluknya. Dalam perkembangan selanjutnya memang terdapat bukti-bukti yang mengarah pada tafsiran bahwa adanya upaya memadukan ajaran agama Hindu-Budha dengan kepercayaan yang telah dikenal sebelumnya pada masa prasejarah.

Nenek moyang kita pertama kali mengenal tulisan adalah berkat masuknya anasir kebudayaan India ini. Aksara yang pertama kali dipergunakan untuk menuangkan informasi dalam bentuk tertulis adalah Pallava. Bukti-bukti prasasti awal baik dari kerajaan Tarumanegara di Jawa bagian barat dan Kutai Kuno dipedalaman Kalimantan Timur menunjukkan adanya penggunaan aksara pallava dengan bahasa sansekerta. Berkat adanya Pallava ini, nenek moyang kita dapat mendokumentasikan pengalamannya yang dianggap penting dalam berbagai bidang kehidupan.

Adapun system penghitungan tahun dengan kalender Saka yang memunculkan kepandaian, yang semula waktu demi waktu berlalu dan berganti begitu saja tanpa adanya upaya untuk menandainya, menjadi berkembang pada hitungan dan cantuman tahun-tahun dalam berbagai informasi tertulis dapat dipahami oleh mereka.

Dalam tiga hal itulah yang dianggap sebagai pemicu bagi gerak perkembangan kebudayaan selanjutnya yang saling berhubungan seperti sistem pemerintahan kerajaan, pembangunan karya arsitektur, penggubahan karya sastra, dan lainnya.

Agama Veda-Brahmana dan Budha Hinayana
Berdasarkan uraian prasasti dari Kerajaan Tarumanagara dan Kutai Kuno, dapat ditafsirkan bahwa awal sekali yang berkembang bukanlah agama Hindu Trimurti. Uraian prasati-prasati Tarumanagara dan Kutai Kuno jelas menguraikan adanya persembahan bagi para Brahmana dalam bentuk sekawanan sapi dan minyak kental. Dalam prasasti-prasasti Tarumanagara juga disebutkan adanya pemuliaan terhadap dewa-dewa tertentu yang nyatanya belum dapat dianggap sebagai bukti pemujaan terhadap Hindu-Trimurti apalagi Hindu-Saiva.

Dewata yang di seru dalam prasasti Tarumanagara antara lain adalah Visnu, Indra dan samar-samar diseru pula Surya. Semuanya itu tampil berperan sebelum agama Hindun muncul yaitu pada masa religi Veda yang disokong oleh kaum Brahmana. Dengan demikian tafsiran bahwa agama India yang pertama kali di kenal di kalangan pribumi adalah religi Veda melalui ajaran dan peranan para Brahmananya.

Demikian pula halnya dengan agama Budha, berdasarkan sunber-sumber Cina dapat diketahui bahwa pada awalnya agama Budha pesat berkembang di Sriwijaya adalaha Budha dari aliran Hinayana. Para pendeta Cina berkunjung ke Sriwijaya dan Jawa, justru mempelajari kitab-kitab suci Budha Hinayana. Dalam perkembangannya karena suatu sebab yang belum dapat terjelaskan maka masa depannya aliran ini terdesak oleh adanya  perkembangan agama Budha Mahayana. Di Jawa aliran ini mampu mendirikan candi-candi besar yang justru mempengaruhi surutnya Budha Hinayana dari kawasan Nusantara. Secara garis besar perbedaan kedua aliran agama Budha tersebut adalah :




HINAYANA (THERAVADA)
Tujuan akhir pemeluknya : lepas dari samsara,mencapai nirvana
Memuliakan penyerunya Sidharta Gautama
Keanggotaan Sanggha : hanya para Bikshu dan Bikshuni
MAHAYANA
Tujuan akhir pemeluknya : menjadi penolong umat manusia
Mengenal panteon: Dhyani Budha, Dhyani Bhoddhisatva, dewa, dll
Keanggotaan Sangha: seluruh umat, pemeluk Mahayana

Leave a Reply